MAKALAH
AL-ISLAM III
AL-ISLAM III
“AKHLAK
PRIBADI”
DISUSUN OLEH:
Abdurrahman Hariadi 61511A0001
Dosen Pembimbing :
Zaenuddin, M. Pdi.
Zaenuddin, M. Pdi.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MATARAM
KATA PENGANTAR
Puji
Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufik hidayah
dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya, serta Shalawat salam semoga senantiasa terlimpahkan atas Nabi besar
Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman.
Al-hamdulilah,
akhiranya apa yang telah direncanakan untuk menyelesaikan makalah ini bisa
terlaksana. Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas akademik mata
kuliah “Al-Islam III”.
Dalam
penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan
untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa
mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi
kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya bila di dalam penyusunan ini bayak terdapat
kekeliruan dan kekhilafan. Kebenaran dan kesempurnaan hanyalah milik Allah,
semoga Allah mengampuni dosa kita semua. Amiin...
Tim Penyusun
DAFTAR
ISI
MAKALAH
AL-ISLAM III
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Akhlaq .........................................................................................................................2
1.2 Akhlak Pribadi ...............................................................................................................................3
1.3 Macam-Macam Akhlak Pribadi ......................................................................................................3
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
AL-ISLAM III
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Akhlaq .........................................................................................................................2
1.2 Akhlak Pribadi ...............................................................................................................................3
1.3 Macam-Macam Akhlak Pribadi ......................................................................................................3
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami akhlaq
merupakan masalah fundamental dalam islam, akhlaq karena merupakan salah satu
hal yang pokok dalam ajaran islam. Akan tetapi seiring perkembangan zaman,
akhlaq sudah mulai luntur dari pribadi individu-individu yang ada. Karena
akhlaq merupakan hal yang penting maka seseorang perlu untuk memahami hakikat
akhlaq yang sebenarnya dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jika seseorang sudah memahami akhlaq dan menghasilkan kebiasaan hidup yang
baik, maka akhlaq sudah merasuk dan tertanam pada diri seseorang tersebut.
Akhlaq merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlaq yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang
telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri
manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat akhlak?
2. Apa hakikat akhlak pribadi?
3. Bentuk-bentuk akhlak pribadi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hakikat akhlak
2. Mengetahui hakikat akhlak pribadi
3. Mengetahui bentuk-bentuk akhlak pribadi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlaq
a. Secara Bahasa
Akhlaq berasal dari
bahasa Arab yaitu jamak dari khuluqun, yang menurut lughat diartikan adat
kebiasaan, perangai, watak, tabiat, atau pembawaan, adab atau sopan santun, dan
agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalaqa
yang berarti menciptakan dan khalqun yang berarti juga kejadian.
Kata khalqun, erat
hubungannya dengan Khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang
berarti yang di ciptakan dan dari sinilah asal mula perumusan ilmu akhlak yang
merupakan koleksi urgensi yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara
Makhluk dengan Khaliq dan antara Makhluk dengan makhluk.
Luis Ma’luf (1986 :
194), Abuddin Nata (2002 : 1) dan Sofyan Sauri (2008 : 136) menjelaskan bahwa
Akhlak adalah bentuk jama dari khuluq, yang bermakna al-sajiyah (perangai),
ath-thabi’ah (kelakuan, tabi’at, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman),
al-muru’ah (peradaban yang baik) dan ad-din (agama). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007 : 20) akhlak bermakna budi pekerti.
Berdasarkan pendapat
para ahli diatas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak secara bahasa adalah
perangai, kelakuan, tabiat, watak dasar, kebiasaan, kelaziman, peradaban yang
baik, agama, dan budi pekerti yang baik.
b. Secara Istilah
Abuddin Nata
(2002:3-5) mencatat berbagai pengertian tentang akhlaq secara istilah menurut
para ulama, yaitu :
1. Menurut Ibnu Maskawaih
Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan.
2. Menurut Imam Ghozali
Sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
3. Menurut Ibrahim
Anis
Sifat yang tertanam
didalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk,
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.
4. Abdul Karim Zaidan
Akhlaq adalah
nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan
timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk
kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya.
Dari perngertian para ulama di atas,
dapat kita gambarkan bahwa akhlaq setidaknya memiliki lima
karakteristik yaitu :
٭ Tertanam
kuat di dalam jiwa seseorang
٭ Akhlaq
di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran
٭ Akhlaq
timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan dan tekanan
dari luar
٭ Akhlaq
dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
bersandiwara
٭ Akhlaq
dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah bukan karena ingin
dipuji orang atau
karena ingin mendapatkan sesuatu pujian.
B. Akhlaq Pribadi
Akhlaq pribadi atau
dalam bahasa arab adalah al akhlaq al fardiyah, yakni akhlaq yang terdiri dari
:
Ø Yang
diperintahkan (
al awamir )
Ø Yang
dilarang (
an nawahi )
Ø Yang
dibolehkan (
al mubahat )
Ø Akhlaq dalam keadaan darurat ( al
mukhalafah bi al al idhtirar )
C.Macam-macam Akhlaq Pribadi
a. Shidiq
Shidiq (ash-shidqu)
yang artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong (al-kazib). Kita
sebagai orang muslim dituntut selalu dalam keadaan benar lahir batin, benar
hati, benar perkataan, dan benar perbuatan. Antara hati dan perkataan harus
sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan
Rasulullah SAW telah memerintahkan kita
untuk selalu shidiq, karena sikap shidiq akan membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan akan mengantarkan kita ke surga. Dan sebaliknya jika kita melakukan
kebohongan maka itu akan mengantarkan kita kepada neraka.
Rasullah bersabda :
Artinya :
“Sesungguhnya ash shidq (kejujuran) itu
menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke surga
dan sesungguhnya seorang bermaksud untuk jujur sehingga dicatatlah di sisi
Allah sebagai seorang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu menunjukkan
kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu menunjukkan kepada neraka.
Sesungguhnya seorang itu bermaksud untuk berdusta sehingga dicatatlah di sisi
Allah sebagai seorang yang suka berdusta.” (Muttafaq ‘alaih)
Bentuk-bentuk Shiddiq
Seorang Muslim harus
selalu bersikap benar dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Shidiq terdiri
dari lima bagian :
1) Benar
Perkataan (shidq al-hadits)
Kita sebagai seorang muslim dan muslimah dalam keadaan
apapun dan dengan siapapun harus bisa berkata yang baik dan benar, baik dalam
menyampaikan informasi, menjawab suatu pertanyaan, dan memerintah ataupun yang
lainnya. Seperti dalam hadits nabi
Artinya : Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau
diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati
tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
2) Benar Pergaulan (shidq
al-mu’amalah)
Kita sebagai seorang
muslim harus bisa bermua’amalah dengan baik kepada orang lain, tidak bohong,
tidak mendusta, dan tidak memalsu. Orang yang shidiq dalam mu’amalah akan
menjadi tawadhu’ ( rendah hati ), jauh dari sifat sombong dan ria,
Rasulullah saw bersabda :
Artinya :
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan
kepadaku agar kamu bersikap tawadhu’ sehingga tidak ada seorangpun yang
menzalimi yang lainnya, dan juga tidak ada seorangpun yang bersikap sombong
terhadap yang lainnya.” (HR. Muslim)
3) Benar Kemauan
(shidq al-a’zam)
Sebagai umat yang
beragama, sebaiknya sebelum kita memutuskan suatu perkara atau suatu hal, lebih
baik kita mempertimbangkan dan menilai dahulu, apakah yang dilakukannya itu
benar dan bermanfaat atau tidak.
4) Benar Janji (shidq
al-wa’ad)
Apabila berjanji, kita
sebagai seorang muslim akan selalu menepatinya. Mengingkari janji adalah sifat
tercela dan salah satu sifat munafik. Sesungguhnya Allah swt menyukai
orang-orang yang selalu menepati janjinya.
Allah swt
berfirman :

Artinya :
(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang
menempati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaqwa. (Ali 'Imran : 76)
5) Benar Kenyataan (sidq
al-had)
Seorang Muslim akan
menampilkan dirinya seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan menipu
kenyataan, misal : tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak
pula mengada-ada.
Kebohongan
Sifat bohong adalah
sifat tercela, Rasulullah SAW menyatakan bahwasanya seorang muslim tidak
mungkin menjadi pembohong. Seorang muslim harus menjauhi dari segala bentuk
kebohongan, dan dalam bentuk apapun.
Bentuk-bentuk kebohongan:
1) Khianat
Sifat khianat adalah sejelek-jeleknya
sifat bohong yang dimiliki seseorang. Allah swt melarang untuk berkhianat,
apalagi kepada Allah SWT dan rasul-Nya.
Allah
SWT berfirman :
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman janganlah
kamu mengkhianati Allah swt dan RasulNya dan jangan (juga) kamu mengkhianati
amanat-amanatNya yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. ( QS.
Al-Anfal : 27 )
2) Mungkir Janji
Sifat mungkir janji
menunjukkan pelakuannya memiliki kepribadian yang lemah. Sifat itu mencabut
kasih sayang dan mendatangkan kemudharatan. Mungkir janji menyebabkan waktu
terbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong. Mungkir janji juga termasuk
salah satu sifat orang-orang munafik.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga.
jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia
berkhianat”. (HR Bukhari)
3) Fitnah
Fitnah adalah
perbuatan yang sangat dibenci Allah swt. Oleh sebab itu Allah memerintahkan
kepada orang-orang yang beriman untuk tabayyun ( menyelidiki kebenaran suatu
berita ) sebelum mempercayai yang disampaikan oleh orang fasik.
Allah swt berfirman :
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.(Al-Hujurat : 6)
4) Kesaksian Palsu
Kesaksian palsu
merupakan kebohongan yang mendatangkan kemudharatan besar bagi masyarakat dan
termasuk dalam dosa besar.
Rasulullah saw bersabda :
Artinya:
Anas ra berkata: “Rasulullah saw.
ditanya tentang dosa-dosa besar, kemudian beliau menjawab: “Mempersekutukan
Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa (manusia), dan saksi
palsu.”
5) Gunjing
Sifat menggunjinag
adalah sifat seseorang yang memiliki jiwa yang sakit, tidak ada keinginan dalam
hidupnya, yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang bermusuhan dan
bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat gunjing
seperti memakan bangkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata melawan
gunjing adalah dengan tidak mendengarkannya.
Allah berfirman :
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (Al- Hujurat : 12)
b. Amanah
Amanah secara
etimologis dari bahasa Arab dalam bentuk mashdar dari (amina- amanatan) yang
berarti jujur atau dapat dipercaya. Sedangkan dalam bahasa Indonesia amanah
berarti pesan, perintah, keterangan atau wejangan.
Amanah adalah segala
sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan. Amanah
mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, sehingga mu'min
berarti yang beriman, yang mendatangkan keamanan, juga yang memberi dan
menerima amanah. Orang yang beriman disebut juga al-mu'min, karena orang yang
beriman menerima rasa aman, iman dan amanah. Bila orang tidak menjalankan
amanah berarti tidak beriman dan tidak akan memberikan rasa aman baik untuk
dirinya dan sesama masyarakat lingkungan sosialnya. Amanah adalah jalan menuju
kesuksesan.
Allah swt berfirman:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.”
(QS 23: 8). Dalam ayat lain Allah berfirman: “58. Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (QS 4: 58)
Bentuk-Bentuk Amanah
Dari pengertian amanah
diatas dapat kita kemukakan beberapa bentuk amanah sebagai berkut:
1. Memelihara Titipan
dan Mengembalikannya Seperti Semula.
Apabila seorang muslim
dititipi oleh orang lain, misalnya barang berharga. Sekalipun dalam penitipan
tidak ada bukti transaksai tertulis, titipan itu harus dipelihara dengan baik
dan pada saatnya dikembalikan kepada yang punya haruslah dalam keadaan utuh
seperti semula.
Allah swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS.An-nisa : 58)
2. Menjaga Rahasia
Seorang muslim akan
dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi,keluarga,
organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain.
Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita,
itulah amanah yang harus kita jaga.
Rasulullah saw bersabda :
Artinya : Nabi pernah membisikkan suatu
perkara rahasia kepadaku, maka hal itu aku tak akan kuceritakan kepada
siapapun. Dan sungguh Ummu Sulaim pun pernah bertanya tentang rahasia tersebut,
namun aku tak menceritakannya. [HR. Bukhari No.5815].
3. Tidak
Menyalahgunakan Jabatan
Jabatan adalah suatu
amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib. Penyalahgunaan jabatan untuk
kepentingan pribadi, baik keluarga, ataupun kelompoknya termasuk
perbuatan tercela yang melanggar amanah, hukumnya haram.
Misalnya seorang seseorang yang di
percaya menjadi wakil rakyat akan tetapi justru mengambil hak- hak rakyat,
berarti dia telah menyalahgunakan amanah yang telah diberikan oleh rakyat
sebagai wakil rakyat.
Rasulullah saw bersabda :
“Barangsiapa yang kami angkat menjadi
karyawan untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka
apa yang ia ambil lebih dari upah yang semestinya, maka itu namanya korupsi”. (HR.
Abu Dawud dari Buraidah).
4. Menunaikan Kewajiban
dengan Baik.
Semua tugas yang
diberikan Allah kepada manusia, maka manusia wajib menjalankannya
karena itu semua ada pertanggung jawabannya dihadapan Allah swt.Betapapun
kecilnya, akan dihisab oleh Allah swt.

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya dia
akan melihat (balasan)
nya.(QS.Al-zalzalah :7)

Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan seberat zarah pun niscaya Allah swt akan melihatnya.” (QS. Zalzalah :
8)
5. Memelihara Nikmat Yang
Telah Diberikan Oleh Allah
Semua nikmat yang
diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu amanah yang harus dijaga
dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat, harta benda
dan lain sebagainya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah
harus digunakan untuk mencari ridho Allah, selalu bersyukur dan
membiasakan bersedekah.
Khianat
Lawan
dari sifat Amanah adalah khianat.
Kata khianat berasal
dari bahasa arab yang berupa bentuk masdar dari kata kerja “خان- يخون”
selain “خيانة” bentuk masdarnya bisa berupa ‘خونا– وخاونة – ومخانة " yang semuanya berarti “ان يؤتمن الا نسان فلا ينصخ ”
sikap tidak bagusnya seseorang ketika diberi kepercayaan.
Allah swt berfirman :
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat (
untuk membela ) orang-orang yang menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisa :107)
c. Istiqomah
Secara etimologis, istiqomah berasal
dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam terminologi akhlaq
istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman
sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.
Perintah dalam beristiqomah dinyatakan
dalam al-Aquran :
Artinya: Maka karena itu serulah (mereka
kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan
janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada
semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara
kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi
kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)".( QS.Asy-Sura:
15 )
Iman yang
sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan
dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga
dimensi tersebut. Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah akan
selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat alam menghantarkan
tujuan.
Hal ini
tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar
untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa
ujian dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa
kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termasuk kesenangan
juga. Namun seorang yang istiqomah akan tetap teguh dalam mengahadapi
kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman,
kemunduran, hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda,
kemegahan, pujian, kesenangan.
Buah dari Istiqomah
Dalam QS. Funshshilat 41: 30-32
dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik oleh orang yang beristiqomah baik
didunia maupun di akhirat.
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah
dari istiqomah adalah :
1. Orang yang beristiqomah
akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang
negatif. Misalnya takut menghadapi masa depan, takut menyatakan
kebenaran namun orang yang beristiqomah senantiasa akan
mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya didunia karena akan
dilindungi oleh Allah.
2. Akan mendapatkan
lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendapatkan kesuksesan
dalam kehidupan perjuangan di dunia.
Demikianlah sikap istiqomah memang
sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Karena tanpa sikap seperti
itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah terombang
ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-baling
di atas bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.
d.Iffah
Secara etimologis,
iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya’iffu-iffah yang berarti menjauhkan diri
dari hal-hal yang tidak baik,dan juga berarti kesucian tubuh.
Secara terminologis,iffah adalah
memelihara kehormatan diri dari segala hal yanag akan merendahkan,merusak dan
menjatuhkannya.
Nilai dan wibawa
seseorang tidaklah di tentukan oleh kekayaan dan jabatannya,dan tidak pula oleh
bentuk dan rupanya,tapi di tentukan oleh kehormatan dirinya.Untuk menjaga
kehormatan diri tersebut,setiap orang haruslah menjauhkan diri dari segala hal
yang dilarang oleh Allah SWT.dia harus bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Bentuk-bentuk Iffah
Al-qura’an dan hadis memberikan beberapa
contoh dari iffah sebagai berikut:
1. Untuk
menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual,seorang Muslim
dan Muslimah diperintahkan untuk menjaga pandangan,penglihatan,pergaulan dan
pakaiannya.
Allah swt berfirman:
Artinya: Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. An-nisa
:30)
Artinya : Katakanlah
kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.
An-nisa:31)
Dan Allah
SWT.berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 59,
Artinya: “Hai Nabi,katakanlah kepada
istri-istrimu,anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak diganggu dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Dari ayat diatas
jelaslah bagaimana Allah dan Rasulnya memberikan tuntunan tentang cara menjaga
kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah
seksual. Disamping
tidak bergaul secara bebas,untuk menjaga kehormatan diri, islam mengajarkan
kepada kita bagaimana mengatur pandangan terhadap lawan jenis dan berpakaian
yang sopan dan benar menurut agama,yang menutup aurat,tidak ketat,tidak
transparan dan tidak pula menunjukkan kesombongan.
2. Untuk
menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta,islam
mengajarkan,terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangannya
(meminta-minta). Islam juga menganjurkan kepada orang-orang yang mampu untuk
membantu orang -orang miskin yang tidak mau memohon bantuan karna sikap iffah
mereka.Allah berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 273,
Artinya: “(Berinfaklah)kepada orang
orang fakir yang terikat(oleh)jihad di jalan Allah;mereka tidak dapat
(berusaha)di muka bumi ini;orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya
karena mereka memelihara diri dari minta-minta.kamu kenal mereka dengan melihat
sifat-sifat nya,mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.dan apa saja
harta yang baik yang kamu nafkahkan di jalan Allah maka sesungguh nya Allah
Maha Mengetahui”
Meminta-minta adalah perbuatan yang
merendahkan kehormatan diri.Dari pada meminta-minta seorang lebih baik
mengerjakan apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal halal sekalipun
mengumpulkan kayu api.
3. Untuk
menjaga kehormatan diri dari dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain
kepada dirinya,seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam ketidak
jujuran, jangan sekali-kali berkata bohong, ingkar janji, khianat dan lain
sebagainya.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya : “Berikanlah jaminan
kepadaku terhadap enam perkara,maka aku akan memberimu enam jaminan kalian
masuk syurga.Yaitu, jujurlah bila kamu berkata,tepatilah bila kamu berjanji,
tunaikanlah amanah kepada yang berhak jika kamu diberi amanah,jagalah
kemaluanmu,tegurkanlah pandanganmu,dan tahanlah tanganmu(sehingga tidak
menyakiti orang lain).” (HR.Ahmad dan Ibn Hibban)
Demikianlah sifat iffah yang sangat di
perlukan untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri sehingga tidak ada peluang
sedikit pun bagi orang lain (yang tidak senang dengannya) untuk melemparkan
tuduhan dan fitnahan.Orang yang mempunyai sikap iffah akan dihormati dan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dan yang lebih penting lagi dia akan
mendapatkan ridho Allah swt.
e. Mujahadah
Istilah
mujahadah berasal dari kata jaahada-yuhaahidu-mujaahadah-jihad yang
berarti mencurahkan segala kemampuan. Dalam konteks akhlaq,mujahadah adalah
mencurahkan segala kemampuan untuk melepas diri dari segala hal yang menghambat
pendekatan diri terhadad Allah swt, baik hambatan yang bersifat internal maupun
eksternal.
Hambatan yang bersifat Internal datang
dari jiwa yang mendorong untuk berbuat keburukan,hawa nafsu yang tidak
terkendali,dan kecintaan kepada dunia.Sedangkan hambatan eksternal datang dari
syaithan,orang kafir, munafik, dan para pelaku kemaksiatan dan
kemungkaran.Untuk mengatasi semua hambatan tersebut diperlukan usaha dan
perjuangan yang sungguh-sungguh serta usaha yang keras,dan itu disebut dengan
Mujahadah.Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhoan Allah SWT,
maka Allah berjanji akan
menunjukkan jalan baginya untuk mencapai tujuan tersebut. Allah SWT,berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang
bermujahadah untuk (mencari keridhoan Allah),benar-benar akan kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan kami.Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang
yang berbuat baik.” (QS.Al-‘Ankabut : 69)
Objek Mujahadah
Secara
terperinci,objek mujahadah ada enam hal :
1. Jiwa
yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan kedurhakaan atau dalam istilah
Al-Qur’an fujur. Jiwa ini adalah yang mendorong kepada keinginan-keinginan yang
rendah yang menjurus kepada hal-hal yang negatif.
2. Hawa
nafsu tidak terkendali, yang menyebabkan seseorang melakukan apa saja untuk
memenuhi hawa nafsunya itu tanpa memedulikan mudhorot bagi dirinya dan orang
lain. Untuk mengendalikan hawa nafsu diperlukan sebuah perjuangan
yang tidak kenal lelah,karena perang melawan hawa nafsu lebih berat dari pada
perang melawan musuh di luar.
3. Syaithan
yang selalu menggoda umat manusia untuk memperturukkan hawa nafsu nya sehingga
lupa kepada Allah swt, dan untuk selanjutnya lupa kepada dirinya sendiri.
4. Kecintaan
terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaan kepada akhirat,
padahal keberadaan manusia di dunia hanya sementara, dan kehidupan yang kekal
dan abadi adalah kehidupan di akhirat
5. Orang
kafir dan munafik yang tidak pernah puas hati sebelum orang-orang beriman
kembali menjadi kufur.
6. Para
pelaku kemaksiatan dan kemungkaran,termasuk dari orang-orang yang mengaku
beriman sendiri, yang tidak hanya merugikan dirinya tapi merugikan masyarakat.
Dan perbuatan mereka dapat mengganggu orang lain melakukan amal ibadah dan
kebajikan.Untuk itulah Allah SWT, memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
untuk melakukan nahi munkar, di samping amar ma’ruf.
Cara mujahah
Setelah
menyadari enam hal yang menjadi objek mujahadah diatas, maka kita perlu
berusaha mencurahkan segala kemampuan dan potensi yang kita miliki untuk
menghadapinya.Secara garis besar ada tiga cara mujahadah:
v Yang pertama,sebagai landasan teoristis,berusaha sungguh-sungguh:
1. Memahami
hakikat jiwa dan bagaimana pengaruh kebaikan dan keburukan yang dilakukan
terhadap kesucian jiwa.
2. Menyadari
bahwa hawa nafsu jika di kelola dengan baik akan berakibat positif untuk
kebaikan diri,tapi jika tidak bisa di kendalikan akan merusak.
3. Menyadari
dan mengingat selalu bahwa syaitan tidak akan pernah berhenti menjerumuskan
umat manusia dengan segala macam cara.
4. Menyadari
bahwa segala nikmat kehidupan di dunia belum seberapa dibandingkan dengan
nikmat di syurga.
5. Menyadari
bahwa sebagian besar orang-orang kafir dan munafik tidak akan pernah berdiam
diri selama orang-orang beriman tidak mengikuti pandangan dan sikap hidup
mereka, oleh sebab itu di perlukan persatuan dan tolong menolong sesama orang
islam dalam menghadapinya.
6. Menyadari
bahwa kemaksiatan dan kemungkaran jika dibiarkan akan merusak masyarakat dan
menghancurkan segala kebaikan yang sudah dibangunnya.
v Yang kedua, melakukan amal ibadah praktis yang dituntunkan oleh Rasulullah
saw, untuk memperkuat mental spiritual dan meningkatkan semangat juang untuk
menghadapi semua tantangan,dan amalan itu antara lain:
1. Mendirikan
sholat malam,karena malam sangat efektif untuk meningkatkan mental spiritual
dan semangat juang,
2. Puasa sunnah
3. Membaca
Al-Qur’an sebanyak-banyak nya dan lebih baik lagi jika diikuti dengan
perenungan serta pemahaman isinya.
4. Berdzikir dan
berdo’a, terutama mohon perlindungan Allah SWT, dari godaan syaitan.
v Yang ketiga (untuk menghadapi hambatan luar) adalah dengan jihad,mulai dari
jihad dengan harta benda,ilmu pengetahuan,tenaga,sampai dengan nyawa.
Dengan
demikian barang siapa yang bermujahadah pada jalan Allah SWT maka Allah akan
memberikan hidayah kepadanya,dan pada akhirnya semua hasil dari mujahadah itu
akan kembali untuk kebaikan dirinya sendiri.Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-‘Ankabut ayat 6,

Artinya: “Dan barang siapa yang
bermujahadah,maka sesungguhnya mujahadahnya itu adalah untuk dirinya
sendiri,sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam”
f. Syaja’ah
Syaja’ah artinya
berani, tapi bukan berani dalam arti siap menantang siapa saja tanpa
mempedulikan apakah dia berada di pihak yang benar atau salah, dan bukan pula
berani memperturutkan hawa nafsu. Tetapi berani yang berlandaskan kebenaran dan
dilakukan dengan penuh kebenaran.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya:
“Bukanlah yang dinamakan pemberani itu
orang yang kuat bergulat. Sesungguhnya pemberani itu ialah orang yang sanggup
menguasai dirinya diwaktu marah”. (HR. Muttafaqun ‘Alaih)
Bentuk-bentuk Keberanian
1. Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan (jihad fi sabilillah).Seorang
muslim harus berani terjun ke medan perang untuk menegakkan dan membela
kebenaran. Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat berani jika ia
memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan
mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.
Allah swt berfirman :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman,
apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu,
maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). (Al-Anfal : 15)
Artinya: Barangsiapa yang membelakangi
mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu
kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka
Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (Al-Anfal: 16)
2. Berterusterang dalam kebenaran
Qulil haq walau kaana muuran (katakan
yang benar meskipun itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang
zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan
keberanian menanggung segala resiko bila kita senantiasa berterus terang dalam
kebenaran.
3. Mengakui kesalahan
Salah satu orang yang memiliki sifat
pengecut adalah tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam dan
bersikap “lempar batu, sembunyi tangan”.Sebaliknya orang yang memiliki sifat
syaja’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi
kesalahan dan bertanggung jawab.
4. Bersikap objektif pada diri sendiri
Ada orang yang cenderung bersikap over
estimasi terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak
memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap under
estimasi terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat
apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun.
Kedua sikap tersebut jelas tidak
proporsional dan tidak objektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif,
dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan sisi buruk adalah contoh
sifat syaja’ah.
5. Menahan nafsu di saat marah
Seseorang dikatakan berani bila ia tetap
mampu bermujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat
mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang
untuk melampiaskan amarahnya.
Contohnya Figur Sahabat dan Sahabiyah
yang Memiliki Sifat saja’ah. Berani karena benar dan rela mati demi kebenaran.
Slogan tersebut pantas dilekatkan pada diri sahabat-sahabat dan
sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. Karena keagungan kisah-kisah perjuangan
mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak pribadi
terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan
larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani
maupun secara rohani. Akhlak pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak
pribadi yang baik dan akhlak pribadi yang buruk. Akhlak yang baik misalnya
shidiq, amanah, istiqomah, iffah, mujahaddah, syaja’ah, tawadhu’, malu, sabar
dan pemaaf. Akhlak pribadi yang buruk misalnya suka berbohong, berkhianat,
pantang menyerah tidak tahu malu dan lain sebagainnya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
akhlak pribadi seseorang yaitu antara lain, faktor intern yaitu faktor. yang
mempengaruhi dalam diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor dari luar baik
dari keluarga, kelompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu sifat
pribadi seorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlaq
pribadi seseorang terbentuk baik diantaranya sebagai berikut: Aqidah
(keyakinan) yang benar , berdoa kepada Allah swt, mujahadah (perjuangan),
muhasabah (intropeksi diri), tafakur (merenung) dampak postif dari akhlak
mulia, melihat dampak negatif dari akhlak tercela, jangan pernah berputus asa,
bercita-cita yang tinggi, berpaling dari orang-orang yang bodoh dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas,Yunahar, Kuliah Akhlak.
Yogyakarta: LPPI UMY
Sulaiman, Umar. 1996. Ciri-ciri
kepribadian muslim. Jakarta: Raja Grafindo persada
Zakiah Haradjat, dkk.
1990. Dasar – dasar Akhlak . Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar